Keistimewaan Penciptaan Capung Sebagai Pionir Helikopter
Capung merupakan salah satu dari banyaknya keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua manusia pasti mengenal serangga lincah yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal ini. Capung adalah kelompok serangga yang termsauk ke dalam bangsa Odonata. Odonata merupakan jenis serangga terbang pertama di dunia. Di daerah Jawa, capung dikenal dengan sebutan kinjeng (Al Fadlil, Faqih, 2020).
Capung memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Subkelas : Pterygota
Infrakelas : Palaeoptera
Ordo : Odonata
Subordo : AnisozygopteraCapung adalah salah satu jenis serangga yang sering dijumpai di sekitar perairan. Capung dapat hidup di rawa, sungai, kebun, hutan, bahkan di lingkungan perkotaan. Capung merupakan makroinvertebrata dengan kepekaan sedang yang dapat memberikan petunjuk adanya bahan pencemar, karena jenis-jenis tertentu sangat peka terhadap pencemaran. Capung yang dijumpai sekarang merupakan salah satu jenis serangga purba yang tak banyak berevolusi. Capung sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu yaitu sejak zaman karbon dan memiliki bentuk yang tak jauh berbeda sampai zaman ini. Fosil capung yang pernah ditemukan memiliki lebar bentangan sayap hingga 3 meter, itulah fosil capung terbesar yang pernah ditemukan di bumi (Irawan Sopyan, Danang, 2012).
Penciptaan capung sangatlah unik. Capung adalah makhluk yang mengawali kehidupannya dari dalam air. Capung menghabiskan separuh hidupnya pada masa larva di dalam air. Capung mengalami masa hidup menjadi nimfa selama 3 tahun. Capung yang cantik ini ternyata dia adalah predator yang sudah aktif sejak masa nimfa. Nimfa capung adalah karnivora yang memakan binatang kecil seperti ostracoda bahkan memakan saudaranya sendiri (kanibal). Nimfa capung berburu menggunakan labium yang seperti bibir bawah yang dipersenjatai. Ketika sedang tidak digunakan, labium tersebut disimpan rapih di bawah kepala seperti siku yang dilipat. Labium ini memiliki kemampuan menyergap dengan sangat cepat, mengarahkan mangsa ke mulut yang terletak di antara dua mandibula yang bergerigi. Labium capung bekerja menggunakan sistem hidrolik dengan cara memasukkan air melalui anus mereka. Semburan air yang kuat akan menciptakan kekuatan internal yang menyebabkan labium melesat keluar dengan kecepatan tinggi. Anus nimfa capung tidak seperti anus pada umumnya, karena anus nimfa capung memiliki ragam fungsi. Insang nimfa capung berada pada anusnya, dengan kata lain nimfa capung bernafas menggunakan anus dengan bantuan organ anal pyramid. Dengan bantuan anal pyramid juga, nimfa capung dapat mengeluarkan air melalui anus yang menyebabkan nimfa dapat melesat cepat. Setelah 6 tahun berada pada air, nimfa odonata memasuki tahap dewasa. Susunan sistem pernafasan yang rumit di dalam tubuhnya bertransisi dari mendapatkan oksigen melalu insang menjadi penghirup udara melalui spirakel. Nimfa capung menuju daratan menuju dunia baru. Nimfa capung akan bertengger di suatu tempat untuk menggeliat agar dapat keluar dari nimfanya. Capung tidak membutuhkan kantung tidur untuk proses menjadi dewasa, sehingga ia disebut hemametabola. Proses yang dilalui capung adalah pengelupasan kulit terluar atau molting sampai 17 kali menuju dewasa. Capung yang baru berganti kulit saat dewasa, tubuhnya masih sangat lunak dan menunggu hingga mengeras. Sementara itu, hemolymph dipompa ke dalam sayapnya yang masih kusut. Setelah itu capung dewasa siap terbang. Tujuan hidup capung dewasa hanya untuk menemukan pasangan agar dapat melanjutkan siklus kehidupan selanjutnya. Capung dewasa, menukar labium dengan 3 pasang kaki yang memili cakar di setiap ujungnya. Setelah dewasa, capung menghabiskan sisa hidupnya untuk terbang dan melahap semua yang bisa mereka tangkap. Keberadaan capung sering dijadikan indikator tingkat kebersihan air, udara, serta vegetasi di habitatnya. Capung kawin sangat rumit. Penis capung terletak pada segmen mereka tepatnya pada segmen kedua. Namun kelenjar reproduksinya terletak pada segmen ke-sembilan. Jadi, untuk kawin pejantan harus meletakkan gonadnya bersentuhan dengan penisnya untuk memindahkan sperma. Lalu menggunakan penjepit di ujung ekornya untuk mencengkam kepala betina, kemudian betina akan menggulung pangkal ekornya meletakkan ujung ekornya pada penis pejantan. Di ujung ekor betina terdapat organ genital dan ovipositor kecil yang akan digunakan untuk meletakkan telur yang telah dibuahi. Setelah telur terbuahi, capung betina meletakkan telur di dalam air. Telur akan menetas menjadi nimfa yang terus berkembang di dasar air.
Capung memiliki dua jenis adaptasi untuk melangsungkan hidupnya. Berikut tabel jenis adaptasi capung (Wind, Ajeng, 2018):
Adaptasi Morfologi |
Adaptasi Tingkah Laku |
Memiliki tungkai yang relatif pendek, capung dapat dengan mudah untuk hinggap, menangkap, dan menahan mangsa. |
Setelah melakukan perkawinan, capung betina akan segera pergi menuju perairan dan meletakkan telur-telurnya. Capung jantan akan selalu berada di sekitar betinanya karena sering terjadi perebutan betina. Capung jantan akan tetap berada di sekitar perairan untuk menandai daerah kekuasaannya. |
Odonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar memiliki ragam warna yang menarik. Tubuh odonata tidak berbeda dari tubuh serangga yang pada umumnya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kepala (cephal), dada (toraks), perut (abdomen) yang langsing dan panjang, serta memiliki enam tungkai yang berfungsi untuk bertengger dan hinggap. Dari enam tungkai tersebut ada sepasang tungkai paling depan yang berfungsi ganda. Tungkai ganda capung tidak hanya berfungsi seperti kaki biasa, namun juga berfungsi untuk memegang atau bahkan menggaruk atau membersihkan bagian-bagian tertentu di kepala. Capung memiliki tubuh yang langsing dilengkapi dua pasang sayap yang menempel, dan memiliki pembuluh darah jala. Tekstur sayap yang bergelombang berfungsi dalam mendeteksi arah angin saat capung terbang. Selain itu capung juga memiliki mata majemuk besar, antenna pendek serta mulut tipe pengunyah. ( Silvy Olivia Hanum, 2013). Menurut Sondjoto, A (2016), Apabila capung ditinjau dari tiga bagian tersebut, yaitu kepala, dada, dan perut, maka tidak ada perbedaan mencolok antara tubuh spesies capung tertentu dan spesies capung lainnya. Namun, berdasarkan pada ukuran tubuh, serta perilaku bertengger dan jarak terbang, jarak antar-mata, posisi dan ukuran sayap, dikenali dua kelompok capung, yaitu capung biasa dan capung jarum.
Capung memiliki struktur tubuh yang sangat canggih dan luar biasa. Keistimewaan capung yang pertama adalah capung memiliki dua pasang sayap jala yang diagonal pada tubuhnya. Sayap bagian depan lebih panjang daripada sayang bagian belakang. Sayap capung yang tersusun secara diagonal memudahkannya untuk terbang dengan melakukan berbagai manuver di udara, mulai dari gerakan maju, mundur, naik, turun, berputar, hingga terbang di atas suatu permukaan benda dengan seimbang. Sayap terpasang pada toraks yang terpisah, hal ini menyebabkan capung dapat bermanuver secara individu. Capung mampu terbang dengan kecepatan 50 km/jam. Kaki depan dilengkapi semacam sikat yang berfungsi membersihkan mata majemuk mereka (Irawan Sopyan, Danang, 2012).
Keistimewaan capung yang selanjutnya adalah capung memiliki penglihatan yang spektakuler. Capung memiliki mata mikro berjumlah 30.000 buah dan setiap mata mengarah pada titik yang berbeda dengan sudut pandang 360 derajat. Mata majemuk yang sangat besar dengan 30.000 ommatidium yang sangat sensitif ini, mampu mendeteksi semua jenis cahaya termasuk gelombang ultraviolet hingga menangkap cahaya yang terpolarisasi. Ommatidium mendeteksi radius lebih dari 10 meter. Semua informas yang didapatkan dari mata mikro capung tersebut diteruskan ke otak yang akan bekerja selayaknya komputer. Dengan kemampuan canggih ini, capung dapat melihat ke segala arah bahkan sulit untuk ditangkap (Irawan Sopyan, Danang, 2012).
Teknologi adalah pengembangan sarana dan aplikasi dari suatu alat menggunakan prisip dan proses penemuan sainsifik yang baru ditemukan. Allah menjelaskan tentang teknologi melalui kejadian-kejadian yang telah dilalui para utusanNya yang terdahulu. Al-Quran mejelaskan tentang alat transportasi paling canggih dalam Qs. Yasin ayat 41 sampai 42 yang berbunyi:
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ,وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
Ayat tersebut memaparkan kekuasaan Allah untuk mengingatkan manusia terhadap leluhurnya yang diselamatkan di atas perahu Nabi Nuh as. Dalam ayat Yasiin 41 ini Allah menjelaskan tentang kapal nabi Nuh juga mengajarkan nabi Nuh bagaimana cara membuat kapal hingga bisa digunakan. Dalam ayat selanjutnya, yaitu Yasiin ayat 42 Allah memberi kode bahwa ada banyak sarana transportasi yang bisa digunakan manusia (Shihab. 2002).
Manusia sudah melakukan berbagai cara agar dapat terbang. Terbang adalah suatu keahlian yang hebat. Untuk dapat terbang pada posisi yang tetap di udara hingga mendarat di tempat yang dituju adalah pentingnya kemampuan terbang. Manusia berhasil merancang pesawat yang memiliki kemampuan manuver yang canggih yaitu helikopter. Namun, teknologi penerbangan helikopter modern dikalahkan oleh makhluk kecil mungil dengan kelihaian terbang tiada banding, yaitu capung. Sistem penerbangan capung inilah yang kemudian menjadi model desain penerbangan helikopter siskorsky. Dalam proyek pembuatan helikopter siskorsky, perusaan membuat desain dengan memuat gambar capung ke dalam komputer (Yahya, H, 2003).
Pesawat helikopter merupakan transportasi udara yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Helikopter mampu melayang pada posisi tetap di udara. Untuk menerbangkan helikopter, pilot tidak memerlukan landasan pacu yang panjang. Ide pembuatan susunan helikopter terinspirasi dari sistem penerbangan capung yang akurat. Capung dapat terbang dengan kecepatan terbang 50-90 km/jam. Helikopter sikorsky, merupakan implementasi dari sistem penerbangan canggih yang dilakukan oleh capung. capung memiliki penglihatan yang tidak kalah hebat. Mata capung memiliki 30.000 mata mikro yang berbentuk persegi (Nurhakim, Syerif, 2014).
Teknologi penerbangan dengan desain
sayap capung ini tidak dapat
diciptakan apabila manusia tidak memperhatikan makhluk ciptaan Allah (Qs. Ali Imran:191)
Referensi: https://tafsirweb.com/1323-quran-surat-ali-imran-ayat-191.html
Referensi: https://tafsirweb.com/1323-quran-surat-ali-imran-ayat-191.html
ٱلَّذِينَ
يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ
فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Ayat di atas mengandung penjelasan bahwa semua makhluk ciptaanNya tidak diciptakan dengan sia-sia. Allah menciptakan segala hal di alam semesta ini dengan mengadung manfaat dan hikmah yang mendalam. Hal ini meiliki tujuan tertentu yang akan membawa kebahagiaan umat-Nya baik di dunia maupun di Akhirat (Syihab, 2002).
Berikut adalah gambar capung bersanding dengan helikopter sikorsky:
DAFTAR PUSTAKA
Al Fadlil, Faqih. 2020. Berguru Pada Binatang. Bogor: Guepedia.
Hanum, S.O. 2013. Jenis-jenis Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio) ISSN : 2303-2162.
Irawan Sopyan, Danang. 2012. Benar-Benar Unik tapi Nyata: 1100++ Fakta Unik dan Menakjubkan di Dunia. Depok: Media Pusindo.
Juabdin, S. 2016. Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Quran dan Hadits. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 7
Nurhakim, Syerif. 2014. Dunia Burung dan Serangga. Jakarta: Penerbit Bestari. Hanum, S.O. 2013. Jenis-jenis Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio) ISSN : 2303-2162.
Shihab, Quraisy. 2002. Tafsir al-Misbah Volume II. Jakarta: Lentera Hati.
Soendjoto, Arief. 2016. Capung-Predator Cantik Penghuni Perairan. Warta Konservasi Lahan Basah. Vol. 24, No, 1.
Wind, Ajeng. 2018. Ensiklopedia Adaptasi di Alam Raya. Jakarta: Gramedia.
Yahya, Harun. 2003. Berfikirlah Sejak Anda Bangun Tidur. Jakarta: Global Media, Hal. 28-33
Komentar
Posting Komentar